KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “Sistem Larutan Penyangga”.
Makalah ini
berisikan tentang fungsi larutan penyangga, macam-macam larutan penyangga
alami, cara kerja larutan penyangga, akibatnya jika PH larutan penyangga dalam
tubuh terganggu. Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Larutan
Penyangga.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Batujai, 02 Maret 2012
Penyusun
Daftar isi
Kata
Pengantar ........................................................................................................ 1
Daftar
isi ...................................................................................................................
2
Pentingnya Fungsi Larutan
Penyangga .................................................................... 3
Sistem Penyangga Alami ........................................................................................... 3
Penyangga Dalam Tubuh Manusia
........................................................................... 3
Penyangga Lainnya ................................................................................................. 5
Akibat Jika pH Penyangga
Terganggu ..................................................................... 5
Kebanyakan reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh makhluk hidup
hanya dapat berlangsung pada pH tertentu. Oleh karena itu, cairan tubuh harus
merupakan larutan penyangga agar pH senantiasa konstan ketika metabolisme
berlangsung. Dalam keadaan normal, pH dari cairan tubuh termasuk darah kita
adalah 7,35 – 7,5. Walaupun sejumlah besar ion H+ selalu ada sebagai hasil
metabolisme dari zat-zat, tetapi keadaan setimbang harus selalu dipertahankan
dengan jalan membuang kelebihan asam tersebut. Hal ini disebabkan karena
penurunan pH sedikit saja menunjukkan keadaan sakit.Larutan penyangga sangat
berperan dalam kehidupan sehari-hari.
pH darah tubuh
manusia berkisar antara 7,35-7,45. pH darah tidak boleh kurang dari 7,0 dan
tidak boleh melebihi 7,8 karena akan berakibat fatal bagi manusia. Organ yang
paling berperan untuk menjaga pH darah adalah paru-paru dan ginjal. Kondisi di
mana pH darah kurang dari 7,35 disebut asidosis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya kondisi asidosis antara lain penyakit jantung, penyakit
ginjal, kencing manis, dan diare yang terus-menerus. Sedangkan kondisi di mana
pH darah lebih dari 7,45 disebut alkolosis. Kondisi ini disebabkan muntah yang
hebat, hiperventilasi (kondisi ketika bernafas terlalu cepat karena cemas atau
histeris pada ketinggian).
Untuk menjaga pH darah
agar stabil, di dalam darah terdapat beberapa larutan penyangga alami, yaitu:
1. Penyangga Hemoglobin
2. Penyangga Karbonat
3. Penyangga Fosfat
4. Penyangga Air Ludah
5. Penyangga pH Tanaman
6. Dll
Dalam tubuh manusia, terdapat fungsi penerapan konsep
larutan penyangga misalnya pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam
cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam
cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu
asam dan basa. pH darah tubuh manusia berkisar antara 7,35-7,45. Kondisi di mana
pH darah kurang dari 7,35 disebut asidosis. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kondisi asidosis antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal,
kencing manis, dan diare yang terus-menerus. Sedangkan kondisi di mana pH darah
lebih dari 7,45 disebut alkolosis. Kondisi ini disebabkan muntah yang hebat,
hiperventilasi (kondisi ketika bernafas terlalu cepat karena cemas atau
histeris pada ketinggian).
Darah Sebagai Larutan Penyangga
Ada
beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah, diantaranya
penyangga karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga fosfat.
a.
Penyangga Hemoglobin
Pada darah, terdapat hemoglobin yang
dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi
kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb
+ O 2 (g) « HbO
2 - + H +
Asam
hemoglobin ion aksi hemoglobin
Keberadaan
oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H +,
sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O 2
bersifat basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan
membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H + yang dilepaskan pada
peruraian H 2 CO 3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO 2 yang terlarut
dalam air saat metabolisme.
bersifat basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan
membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H + yang dilepaskan pada
peruraian H 2 CO 3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO 2 yang terlarut
dalam air saat metabolisme.
b.
Penyangga Karbonat
Penyangga karbonat berasal dari
campuran asam karbonat (H 2 CO 3 ) dengan basa konjugasi
bikarbonat (HCO 3 ).
H
2 CO 3 (aq) --> HCO 3(aq) + H + (aq)
Penyangga
karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah. Pelari maraton
dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH darah yang
disebabkan oleh metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion
bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat mengakibatkan penyakit jantung, ginjal,
diabetes miletus (penyakit gula) dan diare. Orang yang mendaki gunung tanpa
oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu peningkatan pH darah.
Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para pendaki bernafas lebih
cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas terlalu
banyak, padahal CO 2 dapat larut dalam air menghasilkan H 2 CO 3 . Hal ini
mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas dan histeris).
banyak, padahal CO 2 dapat larut dalam air menghasilkan H 2 CO 3 . Hal ini
mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas dan histeris).
c.
Penyangga Fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga
fosfat sangat penting dalam mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari
campuran dihidrogen fosfat (H 2 PO 4 - )
dengan monohidrogen fosfat (HPO 3 2- ).
H
2 PO 4 - (aq) + H + (aq)
--> H
2 PO 4(aq)
H
2 PO 4 - (aq) + OH - (aq)
--> HPO 4 2- (aq) ) + H 2
O (aq)
Penyangga
fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya sedikit
jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
d. Air Ludah sebagai Larutan Penyangga
Gigi
dapat larut jika dimasukkan pada larutan asam yang kuat. Email gigi yang rusak
dapat menyebabkan kuman masuk ke dalam gigi. Air ludah dapat mempertahankan pH
pada mulut sekitar 6,8. Air liur mengandung larutan penyangga fosfat yang dapat
menetralisir asam yang terbentuk dari fermentasi sisa-sisa makanan.
3. Penyangga Lainnya
a. Menjaga
keseimbangan pH tanaman.
Suatu
metode penanaman dengan media selain tanah, biasanya dikerjakan dalam kamar
kaca dengan menggunakan mendium air yang berisi zat hara, disebut dengan hidroponik
. Setiap tanaman memiliki pH tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Oleh
karena itu dibutuhkan larutan penyangga agar pH dapat dijaga. Setiap tanaman
hidroponil memiliki suatu kisaran pH untuk dapat tumbuh
dengan baik. Untuk menjaga kisaran pH tersebut, telah dijual dipasaran
larutan penyangga seperti Bio-Zyme.
dengan baik. Untuk menjaga kisaran pH tersebut, telah dijual dipasaran
larutan penyangga seperti Bio-Zyme.
b. Larutan
Penyangga pada Obat-Obatan
Asam
asetilsalisilat merupakan komponen utama dari tablet aspirin, merupakan obat
penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat menyebabkan perubahan pH
pada perut. Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan hormon, untuk merangsang
penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan.
Oleh karena itu, pada aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfer kelebihan
asam.
Adanya larutan penyangga ini dapat
kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat-obatan, fotografi,
industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi
penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan
tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel.
Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan
HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut,
dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu
penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari
seperti pada obat tetes mata.
c. Larutan Penyangga pada bidang
farmasi
Dalam
bidang farmasi (obat-obatan) banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan
pH stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang
atau hilang sama sekali. Untuk obat suntik atau obat tetes mata, pH obat-obatan
tersebut harus disesuaikan dengan pH ak menimbulkan iritasi yang mengakibatkan
rasa perih pada mata. Begitu juga obat suntik harus disesuaikan dengan pH darah
agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis pada darah.
Larutan Penyangga Pada Shampo. pH
untuk obat tetes mata harus disesuaikan dengan pH air mata agar tidak perih.
Rambut tersusun dari protein
keratin. Ikatan kimia pada protein rambut, antara lain ikatan hidrogen dan
ikatan disulfida. Ikatan tersebut stabil pada PH 4,6 – 6,0. PH sampo yang
terlalu tinggi atau rendah akan memutuskan ikatan pada protein rambut.
Akibatnya, rambut dapat rusak. sampo dengan PH seimbang mengandung larutan
penyangga supaya PH sampo sama dengan PH rambut.
Bayi
memiliki rambut yang lebih halus, daripada rambut orang dewasa. Selain itu,
kelenjar minyak dan keringat pada kulit kepala bayi belum berfungsi sempurna.
Oleh karena itu, sampo bayi harus mengandung sedikit bahan aktif dan memiliki
PH seimbang. Alasan lain untuk memilih sampo bayi dengan PH seimbang ialah
sampo tidak pedih jika terkena mata.
d.
Larutan Penyangga di Industri
Larutan penyangga digunakan seperti pada proses fotografi,
penanganan
limbah, dan elektroplating.
• Beberapa larutan penyangga yang digunakan perusahaan Fuji dalam
proses fotografi dibuat dari berbagai campuran zat.
Larutan penyangga Fotografi
pH = 4,0
0,5% formaidehid
0,02% metanol
1,00% kalium hidrogen ftalat
0,02% red#3
pH = 7,0
0,1% natrium hidroksida
0,0 – 0,2% pewarna tatrazin
0,7% kalium fosfat monobasik.
• Pada penanganan limbah, pH proses harus berkisar antara 5-7,5 agar
materi organik dapat dipisahkan. Limbah dikatakan layak dibuang ke air
laut jika 90% padatan telah dipisahkan dan sudah ditambah Cl2.
limbah, dan elektroplating.
• Beberapa larutan penyangga yang digunakan perusahaan Fuji dalam
proses fotografi dibuat dari berbagai campuran zat.
Larutan penyangga Fotografi
pH = 4,0
0,5% formaidehid
0,02% metanol
1,00% kalium hidrogen ftalat
0,02% red#3
pH = 7,0
0,1% natrium hidroksida
0,0 – 0,2% pewarna tatrazin
0,7% kalium fosfat monobasik.
• Pada penanganan limbah, pH proses harus berkisar antara 5-7,5 agar
materi organik dapat dipisahkan. Limbah dikatakan layak dibuang ke air
laut jika 90% padatan telah dipisahkan dan sudah ditambah Cl2.
Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh gagal, seperti dapat terjadi selama
sakit, sehingga pH darah turun di bawah 7,0 atau naik ke atas 7,8, dapat
menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh atau bahkan kematian.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keadaan asidosis (penurunan pH) adalah
penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes mellitus (penyakit gula), diare
yang terus menerus, atau makanan berkadar protein tinggi dalam jangka waktu
lama. Keadaan asidosis sementara dapat terjadi karena olahraga intensif yang
dilakukan terlalu lama.
Alkalosis (peningkatan pH darah) dapat terjadi sebagai akibat muntah yang
hebat, hiperventilasi (bernapas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas
atau histeris atau berada di ketinggian). Suatu penelitian yang dilakukan
terhadap para pendaki gunung yang mencapai puncak Everest (8.848 m) tanpa
oksigen tambahan menunjukkan pH darah mereka berada di antara 7,7–7,8.
Hiperventilasi diperlukan untuk mengatasi tekanan oksigen yang amat rendah
(kira-kira 43 mmHg) di tempat setinggi itu.